RENUNGAN MATHEN LUTER (MATHELDA KLAU)

MARTIN LUTHER

Jerman : [ˈmaɐ̯tiːn ˈlʊtɐ] ( simak); lahir 10 November 1483 – meninggal 18 Februari 1546 pada
umur 62 tahun) adalah seorang profesor teologi, komponis, imam, dan rahib berkebangsaan Jerman,
serta seorang tokoh berpengaruh dalam Reformasi Protestan.
Luther menjadi penentang beberapa ajaran dan praktik dalam Gereja Katolik Roma.
Ia sangat membantah pandangan Katolik mengenai indulgensi sebagaimana yang ia pahami, bahwa
kebebasan dari hukuman akibat dosa dapat dibeli dengan uang.
Luther mengusulkan suatu diskusi akademis seputar praktik dan keefektifan indulgensi dalam 95 Tesis
karyanya tahun 1517.
Penolakannya untuk menarik kembali semua ajaran dalam tulisan-tulisannya atas permintaan
Paus Leo X pada 1520 dan Kaisar Romawi Suci Karl V pada 1521 di Sidang Worms mengakibatkan
ekskomunikasinya oleh sang paus serta pemakluman dirinya sebagai seorang pelanggar hukum oleh
sang kaisar.
Luther mengajarkan bahwa keselamatan dan, konsekuensinya, kehidupan kekal tidak diperoleh
dengan perbuatan-perbuatan baik, namun diterima oleh orang percaya semata-mata sebagai anugerah
bebas dari rahmat Allah melalui iman dalam Yesus Kristus sebagai penebus dari dosa.

Teologinya menantang otoritas dan jabatan kepausan dengan mengajarkan bahwa Alkitab adalah satu-
satunya sumber pengetahuan yang diwahyukan secara ilahiah dari Allah, serta menentang

sakerdotalisme dengan memandang semua orang Kristen sebagai imam yang kudus.
Mereka yang mengidentifikasi diri dengan hal-hal tersebut, dan semua ajaran Luther yang lebih

luas, disebut Lutheran, kendati Luther bersikeras dengan Kristen ataupun Injili semata seb agai nama-
nama yang dapat diterima untuk menyebut individu yang mengakui Kristus.

Penerjemahan Alkitab yang dilakukannya ke dalam bahasa vernakular Jerman (bukan bahasa
Latin) menjadikan Alkitab lebih mudah diakses oleh kaum awam, sehingga menghasilkan dampak yang
luar biasa pada gereja maupun budaya Jerman.
Hal tersebut membantu perkembangan dari versi baku bahasa Jerman, menambahkan sejumlah prinsip
bagi seni penerjemahan, dan memengaruhi penulisan dari suatu terjemahan bahasa Inggris, yaitu Alkitab
Tyndale.
Himne-himne karyanya memengaruhi perkembangan nyanyian dalam gereja-gereja Protestan.
Perkawinannya dengan Katharina von Bora, seorang mantan biarawati, menjadi model bagi praktik
perkawinan klerikal, yang memungkinkan kaum rohaniwan Protestan untuk menikah.
Dalam dua karya tulis terakhirnya, Luther mengekspresikan pandangan-pandangan antagonistis
terhadap kaum Yahudi, menulis bahwa rumah-rumah dan sinagoge-sinagoge Yahudi seharusnya
dihancurkan, uang mereka disita, dan kebebasan mereka dibatasi.
Dikecam oleh hampir semua denominasi Lutheran, pernyataan-pernyataan tersebut dan pengaruhnya
terhadap antisemitisme memberikan kontribusi pada status kontroversialnya.

Permulaan Reformasi Protestan.
Pada 1516, Johann Tetzel, seorang frater Dominikan dan komisioner kepausan untuk indulgensi,
diutus ke Jerman oleh Gereja Katolik Roma untuk menjual indulgensi guna mengumpulkan uang dalam
rangka membangun kembali Basilika Santo Petrus di Roma.
Pengalaman Tetzel sebagai seorang pengkhotbah indulgensi, terutama antara tahun 1503 dan
1510, menyebabkan penunjukannya sebagai komisioner umum oleh Albrecht von Brandenburg, Uskup
Agung Mainz, yang perlu memberikan kontribusi yang cukup besar guna pembangunan kembali Basilika
St. Petrus di Roma kendati sangat berkewajiban untuk membayar kembali akumulasi manfaat yang besar
yang telah ia terima.
Sang uskup mendapat izin dari Paus Leo X untuk mengadakan penjualan suatu indulgensi
penuh (yakni penghapusan sepenuhnya hukuman temporal akibat dosa) yang khusus, separuh dari hasil
yang didapat Albrecht diklaim untuk membayar biaya-biaya dari manfaat tersebut.
Pada 31 Oktober 1517, Luther menulis surat kepada uskupnya, Albrecht von Brandenburg,
memprotes penjualan indulgensi.
Ia melampirkan dalam suratnya satu salinan Perdebatan Martin Luther tentang Kuasa dan
Kefektifan Indulgensi karyanya, yang kemudian dikenal sebagai 95 Tesis.
Hans Hillerbrand menuliskan bahwa Luther tidak berniat untuk menentang Gereja, namun
memandang perdebatannya sebagai suatu keberatan keilmuan terhadap praktik-praktik Gereja, dan
karena itu nada penulisannya bersifat “mencari”, bukan dogmatis.
Hillerbrand menuliskan bahwa meski demikian terdapat suatu implikasi tantangan dalam sejumlah
tesisnya, terutama dalam Tesis 86, yang menanyakan :
“Mengapa paus, yang kekayaannya saat ini lebih besar dari pada kekayaan Crassus yang terkaya,
membangun basilika St. Petrus dengan uang orang-orang percaya yang miskin dan bukan dengan
uangnya sendiri …??”

Luther berkeberatan dengan satu pernyataan yang dikaitkan dengan Johann Tetzel bahwa
“Begitu koin dalam peti uang berdenting, jiwa dari purgatorium (juga dinyatakan sebagai ‘ke surga’)
keluar.”
Ia bersikeras bahwa, karena pengampunan dianugerahkan dari Allah semata, mereka yang mengklaim
kalau indulgensi membebaskan para pembeli dari semua hukuman dan menganugerahkan mereka
keselamatan adalah keliru.
Umat Kristen, menurutnya, tidak boleh kendur dalam mengikuti Kristus lantaran jaminan palsu semacam
itu.
Bagaimanapun, ucapan Tetzel yang kerap disitir tersebut dipandang sama sekali tidak
merepresentasikan ajaran Katolik kala itu mengenai indulgensi, namun merupakan satu cerminan
kapasitas Tetzel yang membesar-besarkannya.

Namun, kendati Tetzel melebih-lebihkan hal itu sehubungan dengan indulgensi bagi mereka yang telah
meninggal dunia, ajarannya mengenai indulgensi bagi mereka yang masih hidup di dunia ini sejalan
dengan dogma Katolik yang telah berlaku pada zamannya.
Menurut satu laporan, Luther memakukan 95 Tesis karyanya di pintu Gereja Semua Orang
Kudus di Wittenberg pada 31 Oktober 1517.

Para akademisi seperti Walter
Krämer, Götz Trenkler, Gerhard Ritter, dan Gerhard Prause berpendapat bahwa kisah
pemublikasian di pintu itu hanya memiliki sedikit landasan kebenaran, meski telah menetap sebagai
salah satu pilar sejarah.
Kisah itu didasarkan pada komentar yang dibuat Philipp Melanchthon, meskipun diperkirakan kalau ia
sendiri tidak berada di Wittenberg pada saat tersebut.
Tesis berbahasa Latin tersebut dicetak di beberapa lokasi di Jerman pada 1517.
Pada Januari 1518, teman-teman Luther menerjemahkan 95 Tesis dari bahasa Latin ke dalam bahasa
Jerman.
Dikatakan bahwa salinan-salinan 95 Tesis telah menyebar ke seluruh Jerman dalam waktu dua minggu
dan penyebarannya telah mencapai seluruh Eropa dalam waktu dua bulan.
Martin Luther

Jerman : [ˈmaɐ̯tiːn ˈlʊtɐ] ( simak); lahir 10 November 1483 – meninggal 18 Februari 1546 pada umur 62
tahun) adalah seorang profesor teologi, komponis, imam, dan rahib berkebangsaan Jerman, serta
seorang tokoh berpengaruh dalam Reformasi Protestan.

Luther menjadi penentang beberapa ajaran dan praktik dalam Gereja Katolik Roma.

Ia sangat membantah pandangan Katolik mengenai indulgensi sebagaimana yang ia pahami, bahwa
kebebasan dari hukuman akibat dosa dapat dibeli dengan uang.

Luther mengusulkan suatu diskusi akademis seputar praktik dan keefektifan indulgensi dalam 95 Tesis
karyanya tahun 1517.

Penolakannya untuk menarik kembali semua ajaran dalam tulisan-tulisannya atas permintaan Paus Leo
X pada 1520 dan Kaisar Romawi Suci Karl V pada 1521 di Sidang Worms mengakibatkan
ekskomunikasinya oleh sang paus serta pemakluman dirinya sebagai seorang pelanggar hukum oleh
sang kaisar.

Luther mengajarkan bahwa keselamatan dan, konsekuensinya, kehidupan kekal tidak diperoleh dengan
perbuatan-perbuatan baik, namun diterima oleh orang percaya semata-mata sebagai anugerah bebas
dari rahmat Allah melalui iman dalam Yesus Kristus sebagai penebus dari dosa.

Teologinya menantang otoritas dan jabatan kepausan dengan mengajarkan bahwa Alkitab adalah satu-
satunya sumber pengetahuan yang diwahyukan secara ilahiah dari Allah, serta menentang

sakerdotalisme dengan memandang semua orang Kristen sebagai imam yang kudus.
Mereka yang mengidentifikasi diri dengan hal-hal tersebut, dan semua ajaran Luther yang lebih luas,
disebut Lutheran, kendati Luther bersikeras dengan Kristen ataupun Injili semata sebagai nama-nama
yang dapat diterima untuk menyebut individu yang mengakui Kristus.

Penerjemahan Alkitab yang dilakukannya ke dalam bahasa vernakular Jerman (bukan bahasa
Latin) menjadikan Alkitab lebih mudah diakses oleh kaum awam, sehingga menghasilkan dampak yang
luar biasa pada gereja maupun budaya Jerman.
Hal tersebut membantu perkembangan dari versi baku bahasa Jerman, menambahkan sejumlah prinsip
bagi seni penerjemahan, dan memengaruhi penulisan dari suatu terjemahan bahasa Inggris, yaitu Alkitab
Tyndale.

Himne-himne karyanya memengaruhi perkembangan nyanyian dalam gereja-gereja Protestan.
Perkawinannya dengan Katharina von Bora, seorang mantan biarawati, menjadi model bagi
praktik perkawinan klerikal, yang memungkinkan kaum rohaniwan Protestan untuk menikah.
Dalam dua karya tulis terakhirnya, Luther mengekspresikan pandangan-pandangan antagonistis
terhadap kaum Yahudi, menulis bahwa rumah-rumah dan sinagoge-sinagoge Yahudi seharusnya
dihancurkan, uang mereka disita, dan kebebasan mereka dibatasi.
Dikecam oleh hampir semua denominasi Lutheran, pernyataan-pernyataan tersebut dan pengaruhnya
terhadap antisemitisme memberikan kontribusi pada status kontroversialnya.

Permulaan Reformasi Protestan.

Pada 1516, Johann Tetzel, seorang frater Dominikan dan komisioner kepausan untuk indulgensi,
diutus ke Jerman oleh Gereja Katolik Roma untuk menjual indulgensi guna mengumpulkan uang dalam
rangka membangun kembali Basilika Santo Petrus di Roma.

Pengalaman Tetzel sebagai seorang pengkhotbah indulgensi, terutama antara tahun 1503 dan
1510, menyebabkan penunjukannya sebagai komisioner umum oleh Albrecht von Brandenburg, Uskup
Agung Mainz, yang perlu memberikan kontribusi yang cukup besar guna pembangunan kembali Basilika
St. Petrus di Roma kendati sangat berkewajiban untuk membayar kembali akumulasi manfaat yang besar
yang telah ia terima.

Sang uskup mendapat izin dari Paus Leo X untuk mengadakan penjualan suatu indulgensi penuh (yakni
penghapusan sepenuhnya hukuman temporal akibat dosa) yang khusus, separuh dari hasil yang didapat
Albrecht diklaim untuk membayar biaya-biaya dari manfaat tersebut.
Pada 31 Oktober 1517, Luther menulis surat kepada uskupnya, Albrecht von Brandenburg,
memprotes penjualan indulgensi.
Ia melampirkan dalam suratnya satu salinan Perdebatan Martin Luther tentang Kuasa dan Kefektifan
Indulgensi karyanya, yang kemudian dikenal sebagai 95 Tesis.

Hans Hillerbrand menuliskan bahwa Luther tidak berniat untuk menentang Gereja, namun
memandang perdebatannya sebagai suatu keberatan keilmuan terhadap praktik-praktik Gereja, dan
karena itu nada penulisannya bersifat “mencari”, bukan dogmatis.
Hillerbrand menuliskan bahwa meski demikian terdapat suatu implikasi tantangan dalam sejumlah
tesisnya, terutama dalam Tesis 86, yang menanyakan :
“Mengapa paus, yang kekayaannya saat ini lebih besar dari pada kekayaan Crassus yang
terkaya, membangun basilika St. Petrus dengan uang orang-orang percaya yang miskin dan bukan
dengan uangnya sendiri …??”
Luther berkeberatan dengan satu pernyataan yang dikaitkan dengan Johann Tetzel bahwa “Begitu koin
dalam peti uang berdenting, jiwa dari purgatorium (juga dinyatakan sebagai ‘ke surga’) keluar.”
Ia bersikeras bahwa, karena pengampunan dianugerahkan dari Allah semata, mereka yang mengklaim
kalau indulgensi membebaskan para pembeli dari semua hukuman dan menganugerahkan mereka
keselamatan adalah keliru.
Umat Kristen, menurutnya, tidak boleh kendur dalam mengikuti Kristus lantaran jaminan palsu semacam
itu.

Bagaimanapun, ucapan Tetzel yang kerap disitir tersebut dipandang sama sekali tidak
merepresentasikan ajaran Katolik kala itu mengenai indulgensi, namun merupakan satu cerminan
kapasitas Tetzel yang membesar-besarkannya.
Namun, kendati Tetzel melebih-lebihkan hal itu sehubungan dengan indulgensi bagi mereka yang telah
meninggal dunia, ajarannya mengenai indulgensi bagi mereka yang masih hidup di dunia ini sejalan
dengan dogma Katolik yang telah berlaku pada zamannya.
Menurut satu laporan, Luther memakukan 95 Tesis karyanya di pintu Gereja Semua Orang Kudus di
Wittenberg pada 31 Oktober 1517.

Para akademisi seperti Walter
Krämer, Götz Trenkler, Gerhard Ritter, dan Gerhard Prause berpendapat bahwa kisah
pemublikasian di pintu itu hanya memiliki sedikit landasan kebenaran, meski telah menetap sebagai
salah satu pilar sejarah.
Kisah itu didasarkan pada komentar yang dibuat Philipp Melanchthon, meskipun diperkirakan kalau ia
sendiri tidak berada di Wittenberg pada saat tersebut.
Tesis berbahasa Latin tersebut dicetak di beberapa lokasi di Jerman pada 1517.
Pada Januari 1518, teman-teman Luther menerjemahkan 95 Tesis dari bahasa Latin ke dalam
bahasa Jerman.
Dikatakan bahwa salinan-salinan 95 Tesis telah menyebar ke seluruh Jerman dalam waktu dua minggu
dan penyebarannya telah mencapai seluruh Eropa dalam waktu dua bulan.
Tulisan-tulisan Luther beredar luas, bahkan mencapai Prancis, Inggris, dan Italia pada 1519.[butuh
klarifikasi]

Para mahasiswa dikabarkan memadati Wittenberg untuk mendengar Luther berbicara.
Ia memublikasikan suatu ulasan singkat tentang Surat Galatia dan Karya tentang Kitab Mazmur
tulisannya.
Bagian awal karier Luther ini merupakan salah satu periode yang paling kreatif dan produktif dalam masa
hidupnya.
Tiga karyanya yang paling dikenal diterbitkan pada 1520 :
Kepada Bangsawan Kristen dari Negara Jerman, Tentang Pembuangan Gereja ke Babel, dan Tentang
Kebebasan Seorang Kristen.
Dari tahun 1510 sampai 1520, Luther menyajikan kuliah tentang Kitab Mazmur serta Surat Ibrani,
Roma, dan Galatia.

Ketika mempelajari bagian-bagian Alkitab tersebut, ia mendapat pemahaman atas penggunaan istilah-
istilah seperti silih dan kebenaran (righteousness) oleh Gereja Katolik dengan cara-cara yang baru.

Ia sampai pada keyakinan bahwa Gereja korup dalam jalannya dan telah hilang penglihatan atas apa
yang ia anggap sebagai beberapa kebenaran sentral Kekristenan.
Yang terpenting bagi Luther adalah doktrin pembenaran – tindakan Allah menyatakan benar seorang
berdosa – oleh iman saja melalui kasih karunia atau rahmat Allah.
Ia mulai mengajarkan bahwa keselamatan ataupun penebusan adalah suatu anugerah dari
rahmat Allah, yang dapat dicapai melalui iman semata dalam Yesus sebagai Mesias.
“Batu karang yang satu dan kukuh ini, yang kita sebut doktrin pembenaran”, tulisnya, “adalah pasal
utama dari keseluruhan doktrin Kristen, yang mencakup pemahaman dari segala kesalehan.”
Luther sampai pada pemahaman bahwa pembenaran adalah karya Allah sepenuhnya.

Ajaran Luther ini diekspresikan secara jelas dalam publikasinya tahun 1525, De Servo Arbitrio
(Tentang Keterbelengguan Kehendak), yang ditulis sebagai tanggapan atas De libero arbitrio diatribe
sive collatio (Tentang kehendak bebas :
Diskursus atau Perbandingan) karya Desiderius Erasmus (1524).
Luther mendasarkan posisinya pada doktrin predestinasi dalam Efesus 2 :8 – 10 seturut pemahamannya.
Menentang ajaran Katolik yang memandang tindakan-tindakan benar orang percaya dilakukan
dalam kerja sama dengan Allah, Luther menuliskan bahwa umat Kristen menerima sepenuhnya
kebenaran tersebut dari luar diri mereka.
Menurutnya, kebenaran demikian bukan sekadar berasal dari Kristus tetapi sebenarnya adalah
kebenaran Kristus, diperhitungkan kepada umat Kristen (bukan ditanamkan ke dalam diri mereka)
melalui iman.
“Itulah sebabnya mengapa iman semata menjadikan seseorang benar dan memenuhi hukum [Taurat],”
tulisnya.
“Iman adalah yang membawa Roh Kudus melalui jasa-jasa Kristus.”
Bagi Luther, iman adalah suatu anugerah atau karunia dari Allah; pengalaman dibenarkan oleh iman
adalah “seolah-olah aku telah dilahirkan kembali”.
Masuknya Ia ke dalam Firdaus tidak lain adalah penemuan tentang “kebenaran Allah” – suatu
penemuan bahwa “orang benar” yang dibicarakan dalam Alkitab (seperti dalam Roma 1:17) hidup oleh
iman.
Ia menjelaskan konsepnya tentang “pembenaran” dalam Pasal-Pasal Smalkald :
Pasal yang pertama dan utama adalah ini :
Yesus Kristus, Allah dan Tuhan kita, mati untuk dosa-dosa kita dan dibangkitkan kembali untuk
pembenaran kita (Roma 3:24–25).
Ia sendiri adalah Anak Domba Allah yang menghapus dosa-dosa dunia (Yohanes 1:29), dan Allah telah
menimpakan kepada-Nya kejahatan kita semua (Yesaya 53:6).

Semua orang telah berdosa dan dibenarkan secara cuma-cuma, tanpa perbuatan-perbuatan dan jasa-
jasa mereka sendiri, oleh kasih karunia-Nya, melalui penebusan yang terdapat dalam Kristus Yesus,

dalam darah-Nya (Roma 3:23–25).
Ini perlu diyakini. Ini tidak dapat diperoleh atau dicapai dengan perbuatan, hukum, atau jasa apa saja.
Karenanya jelas dan pasti bahwa iman ini saja membenarkan kita …
Tidak ada sesuatupun dari pasal ini dapat dilepaskan atau ditaklukkan, sekalipun langit dan bumi jatuh
(Markus 13:31).
Penemuan kembali Luther atas “Kristus dan keselamatan-Nya” merupakan yang pertama dari dua poin
yang menjadi landasan bagi Reformasi Protestan.
Protesnya menentang penjualan indulgensi didasarkan pada hal tersebut.
Perpecahan dengan kepausan

Albrecht, Uskup Agung Mainz dan Magdeburg, tidak membalas surat Luther yang berisikan 95 Tesis.
Ia mengadakan pemeriksaan tesis tersebut untuk melihat kemungkinan adanya penyesatan, dan, pada
Desember 1517, meneruskannya ke Roma.
Ia dikabarkan membutuhkan pendapatan dari indulgensi untuk memenuhi kewajibannya terkait suatu
dispensasi kepausan atas jabatannya yang meliputi lebih dari satu keuskupan.
Luther belakangan menulis, “paus juga terlibat, karena separuhnya mengalir ke pembangunan Gereja St
Petrus di Roma”.
Paus Leo X terbiasa menghadapi para reformis dan penganut bidah, dan ia menanggapi “dengan sangat
hati-hati sebagaimana mestinya”.
Selama tiga tahun berikutnya, ia mengirim serangkaian representasi dan teolog kepausan dalam rangka
menentang Luther, yang hanya semakin memperkeras teologi anti-paus yang dianut sang reformis.
Utusan pertama, seorang teolog Dominikan yang bernama Silvestro Mazzolini, mengonsep satu kasus
bidah terhadap Luther, yang kemudian dipanggil sang paus ke Roma.
Friedrich III, Elektor Sachsen, meyakinkan sang paus supaya Luther diperiksa di Augsburg, tempat
Sidang Imperial diadakan.
Di sana, selama periode tiga hari pada Oktober 1518, Luther melakukan pembelaan diri ketika
menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan legatus kepausan, Kardinal Kayetanus.
Hak paus untuk mempermaklumkan indulgensi merupakan pokok perdebatan antara kedua orang
tersebut.
Keadaan dalam acara dengar pendapat tersebut berubah menjadi panas.
Alih-alih sekadar menulis tesisnya, konfrontasi Luther dengan Gereja menjadikannya sebagai seorang
musuh paus.
Instruksi awal yang diterima Kayetanus adalah menahan Luther apabila ia tidak mau menarik kembali
ajarannya, tetapi sang legatus tidak melakukannya.
Luther menyelinap pergi meninggalkan kota pada malam hari, tanpa sepengetahuan Kayetanus.
Pada Januari 1519, di Altenburg, Sachsen, Karl von Miltitz selaku nunsius kepausan mengadopsi suatu
pendekatan yang lebih mendamaikan.
Luther memberikan sejumlah konsesi kepada sang nunsius, yang adalah kerabat dari Elektor Friedrich
III, dan berjanji untuk tetap diam jika para seterunya juga melakukannya.
Namun, seorang teolog bernama Johann Eck bertekad untuk mengekspos doktrin Luther dalam suatu
forum publik.

Pada Juni dan Juli 1519, ia mengadakan suatu acara debat di Leipzig dengan kolega Luther, Andreas
Karlstadt, dan mengundang Luther untuk berbicara.

Penegasan Luther yang paling berani dalam perdebatan tersebut adalah bahwa Matius 16:18 tidak
memberi hak kepada paus untuk secara eksklusif menafsirkan kitab suci, dan karenanya tidak ada paus
ataupun konsili Gereja yang tidak dapat salah.
Akibatnya, Eck memberi Luther stigma seorang Jan Hus baru, mengacu pada penganut bidah dan
reformis Ceko yang dihukum bakar pada 1415.
Sejak saat itu, ia mengabdikan diri untuk mengalahkan Luther.

Ekskomunikasi
Pada 15 Juni 1520, Paus Leo X memperingatkan Luther dengan bulla kepausan Exsurge Domine bahwa
ia akan dikenakan sanksi ekskomunikasi apabila tidak menarik kembali 41 kalimat dari tulisan-tulisannya,
termasuk 95 Tesis, dalam waktu 60 hari.
Pada musim gugur tahun itu, Johann Eck mempermaklumkan bulla tersebut di Meissen dan kota-kota
lainnya.
Karl von Miltitz, seorang nunsius kepausan, berupaya menengahi dengan suatu solusi, tetapi Luther,
yang telah mengirimkan salinan Tentang Kebebasan Seorang Kristen kepada sang paus pada bulan
Oktober, membakar dekretal-dekretal dan bulla tersebut di hadapan publik di Wittenberg pada 10
Desember 1520, suatu tindakan yang ia bela dalam tulisan-tulisannya, Mengapa Paus dan Buku
Terbarunya Dibakar dan Penegasan-Penegasan tentang Semua Pasal.
Sebagai konsekuensinya, Luther diekskomunikasi oleh Paus Leo X pada 3 Januari 1521, melalui bulla
Decet Romanum Pontificem.

A Cong seorang pemilik toko kelontong yg sederhana, memiliki kebiasaan unik.
Dalam perjalanan berangkat ke toko dan pulangnya di sore hari, dia selalu berhenti sebentar di depan
pintu gerbang Gereja yang dilaluinya, sambil membungkuk ia berkata : “Tuhan … ini owe A Cong.”
Hal itu sudah ia lakukan selama 12 th-an.
Sampai suatu hari Acong sakit dan dirawat di Rumah Sakit.
Suatu malam Acong saat Acong tidur, ia merasa ada yang menyentuh keningnya dengan lembut sambil
berkata :
‘Acong ini Owe, Tuhan”
Acong senang sekali, dia langsung duduk, tapi yang menyapa sudah hilang.
Lalu ia melepas selang infus dan keluar dari ruang ICU mencari Tuhan.
Perawat terkejut dan bertanya: “Mau ke mana Koh Acong?”
Dijawabnya: “Owé mau cari Tuhan yg tadi menyapa owé”
Perawat berpikir Acong ngelantur.
Tetapi ia heran, waktu diperiksa ternyata Acong sudah sembuh total dan sehat.
Pesan dari cerita ini adalah :
Bahwa TUHAN menyayangi orang yg tulus hati dan setia.
Tuhan tdk butuh kehébatan kita.

 

 

 

Oleh :Guru Mathelda Klau

Bagikan :

Artikel Lainnya

TIM Asesor Visitasi Sekolah dari...
Kupang -smkn4kupang.sch.id – Berdasarkan Permendikbud Nomor 59...
PUISI SISWA OLEH :ANDIEN AUSBILDUNG
DI TANAH MERDEKA Di tanah Merdeka ini aku berdiri Menyanyikan ...
PUISI KARAYA GURU NELY POLIN
CINTA BANGGA PAHAM RUPIAH Indonesia adalah Negara yang majemuk...
RENUNGAN MATHEN LUTER (MATHELDA ...
MARTIN LUTHER Jerman : [ˈmaɐ̯tiːn ˈlʊtɐ] ( simak); lahir 10 No...
TELLING STORY ABOUT SASANDO
SASANDO Sasando is a musical instrument that comes from rote i...
TELLING STORY - JAGUNG BOSE
JAGUNG BOSE Does anyone know jagung bose ? Yes , I think all o...

Download App

Nikmati Cara Mudah dan Menyenangkan Ketika Membaca Buku, Update Informasi Sekolah Hanya Dalam Genggaman

Hubungi kami di : (0380) 821586

Kirim email ke kamismknegeri4kupang@gmail.com

Download App

Nikmati Cara Mudah dan Menyenangkan Ketika Membaca Buku, Update Informasi Sekolah Hanya Dalam Genggaman